Menuju Kesehatan Optimal: Latihan Fisik yang Aman bagi Penderita Hipertensi
Oleh: dr. Riza Adriyani, M.Or
Angka penderita hipertensi di seluruh dunia terus mengalami lonjakan. Pada tahun 2019 terjadi peningkatan kasus hipertensi pada usia diatas 30 tahun sebanyak dua kali lipat dibandingkan tahun 1990. Sebagian dari penderita tidak menyadari bahwa mereka memiliki hipertensi dan kurang dari 25% penderita hipertensi yang memiliki tekanan darah terkontrol (tekanan darah <140/90 mmHg). Tekanan darah yang tidak terkontrol akan mengakibatkan berbagai macam komplikasi dan jika hipertensi ini disertai dengan penyakit lain akan memperberat kondisi penderita.
Penanganan penderita hipertensi tidak hanya dengan terapi obat, namun yang tidak kalah pentingnya adalah intervensi gaya hidup. Latihan fisik merupakan satu bentuk intervensi gaya hidup untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi.
Orang yang terdiagnosis hipertensi derajat 1 (tekanan darah 140-159/90-99 mmHg) dan tidak memiliki risiko tinggi, bisa memulai intervensi gaya hidup, salah satunya adalah dengan melakukan latihan fisik. Program latihan fisik dapat dimulai setelah berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Latihan awal yang disarankan adalah latihan intensitas ringan hingga sedang seperti berjalan kaki. Jika setelah 3-6 bulan intervensi gaya hidup tidak ada perbaikan tekanan darah, maka pasien disarankan untuk konsultasi lebih lanjut ke dokter untuk memulai terapi obat.
Penderita hipertensi yang memiliki risiko tinggi seperti adanya penyakit penyerta (diabetes, kardiovaskular, penyakit ginjal, atau kerusakan organ akibat hipertensi), maka harus segera memulai terapi obat hipertensi. Penderita hipertensi derajat 2 (tekanan darah ≥160/100 mmHg) atau dengan penyakit organ target (pembesaran jantung kiri, retinopathy, dan lain-lain) tidak direkomendasikan untuk melakukan latihan fisik atau tes kebugaran.
Tes kebugaran pada penderita hipertensi bertujuan untuk melihat respon tekanan darah dengan latihan, sehingga tes kebugaran diperlukan untuk menentukan dosis latihan yang sesuai bagi pasien. Perlu atau tidaknya tes kebugaran sebelum memulai latihan tergantung kepada derajat hipertensi, adanya faktor risiko kardiovaskular, penyakit organ target, dan adanya gejala kardiovaskular.
Penderita hipertensi disarankan untuk melakukan latihan fisik pada sebagian besar hari dalam seminggu. Intensitas latihan yang paling direkomendasikan adalah intensitas sedang (jika dilakukan tes bicara, masih dapat mengucapkan satu kalimat secara utuh saat sedang latihan fisik). Intensitas sedang mampu memberikan manfaat dan memiliki risiko minimal terhadap risiko kardiovaskular. Waktu latihan ≥ 20-30 menit/hari sehingga mencapai target total latihan ≥ 90-150+ menit/ minggu. Jenis latihan yang paling utama adalah latihan aerobik/latihan beban dinamis, atau kombinasi latihan aerobik dan latihan beban dinamis. Latihan aerobik bisa menurunkan tekanan darah sebesar 5-8 mmHg, sedangkan latihan beban dinamis bisa menurunkan tekanan darah sebesar 4 mmHg. Bentuk latihan aerobik yang disarankan adalah jalan kaki, senam low impact, bersepeda, dan berenang. Selama melakukan latihan beban dinamis, penderita hipertensi harus menghindari manuver valsava (menahan nafas) karena hal ini dapat meningkatkan tekanan darah. Perlu adanya pengaturan nafas yang baik secara teratur selama melakukan latihan beban.
Rekomendasi latihan lain bagi penderita hipertensi adalah latihan neuromotor (Yoga, Tai Chi, Pilates) dan latihan fleksibilitas, sesuai dengan kebutuhan/kondisi pasien. Latihan mental dan fisik seperti Yoga/Tai Chi juga memiliki efek yang sama seperti latihan aerobik/latihan beban dinamis dalam menurunkan tekanan darah.
Penurunan tekanan darah dapat terjadi segera setelah latihan fisik (post exercise hypotension) terutama setelah latihan aerobik, sehingga penderita hipertensi disarankan untuk melakukan pendinginan seperti berjalan santai sebelum menghentikan latihan fisik.
Penderita hipertensi yang mengkonsumsi golongan obat anti hipertensi seperti α-blockers dan calcium channel blockers juga dianjurkan untuk melakukan pendinginan lebih lama untuk mencegah terjadinya penurunan tekanan darah secara berlebihan. Setelah latihan fisik disarankan untuk memonitor tekanan darah dan denyut jantung hingga mencapai denyut jantung dan tekanan darah istirahat.
Tatalaksana hipertensi dengan obat, latihan fisik atau kombinasi keduanya sama-sama memperlihatkan efek penurunan tekanan darah. Kombinasi latihan fisik dan obat mampu menurunkan tekanan darah sistolik lebih besar dibandingkan dengan hanya pemberian obat. Selayaknya latihan fisik menjadi bagian dari pengelolaan penderita hipertensi.
Mari lakukan latihan fisik sesuai rekomendasi untuk mengobati hipertensi.
.
.
.
KEPUSTAKAAN
Alves, A. J., Wu, Y., Lopes, S., Ribeiro, F., & Pescatello, L. S. (2022). Exercise to treat hypertension: late breaking news on exercise prescriptions that FITT. Current Sports Medicine Reports, 21(8), 280-288.
PERHI. (2023). Panduan Promotif dan Preventif Hipertensi. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI).
PERHI. (2021). Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi PERHI 2021: Update Konsensus Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI) 2019.
Liguori, G., & American College of Sports Medicine. (2020). Hypertension. ACSM’s guidelines for exercise testing and prescription. 11th ed. Lippincott Williams & Wilkins.