LATIHAN FISIK PENGARUHI KESEHATAN MENTAL?
Setiap manusia menginginkan kebahagiaan. Kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung kebahagiaan. Kesehatan mental tidak kalah penting dibandingkan kesehatan dari aspek fisik maupun sosio-ekonomi. Menurut WHO, kesehatan mental adalah kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar. Sederhananya, individu dapat bekerja secara produktif dan menghasilkan serta berperan di lingkungannya.
Mengutip dari Kemenkes RI, kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tenteram dan tenang sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup serta menjalin hubungan positif dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, dan kendali emosi yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk.
Ketika mental seseorang sakit maka harus mendapatkan penanganan yang tepat seperti melalui konsultasi pada psikiater. Beberapa jenis gangguan mental yang sering ditemukan antara lain depresi, bipolar, gangguan kecemasan, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan psikosis. Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mencegah gangguan mental seperti melakukan aktivitas fisik secara tepat, memelihara pikiran yang positif, menjaga kecukupan tidur dan istirahat, dan menjalankan pola hidup sehat lainnya serta mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ika Maidah N.M. (USU, 2021) menunjukkan hubungan positif bermakna antara aktivitas fisik dengan kesehatan mental remaja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hosker et al., (2019) yang menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara aktivitas fisik dan karakteristik kesehatan mental yang positif.
Aktivitas fisik dapat menimbulkan berbagai adaptasi fisiologis positif, salah satunya adalah membantu pelepasan neurotransmiter seperti serotonin di otak yang muncul sebagai respons terhadap stres (Cairney et al., 2019). Aktivitas fisik yang sesuai memiliki efek positif pada stres, meningkatkan mood, mengurangi ketidakpuasan dengan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup (Koo & Kim, 2018). Salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi kemungkinan masalah
kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan adalah dengan melakukan
aktivitas fisik (Arat & Wong, 2017).
Latihan fisik adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara terstruktur dan terencana. Latihan fisik yang tepat bermanfaat untuk kesehatan mental karena dapat meningkatkan sirkulasi darah ke otak dan memengaruhi Hypothalamic Pituitary Adrenal (HPA) axis. Hypothalamic Pituitary Adrenal (HPA) memediasi beberapa area di otak seperti amigdala yang mengatur respons terhadap ancaman dan hipokampus yang berperan penting dalam proses pembentukan dan penyimpanan memori serta pembentukan respons perilaku. Saat berlatih fisik, tubuh juga akan melepaskan neurotransmiter dan hormon seperti endorfin, dopamin, dan serotonin. Endorfin berperan sebagai pereda nyeri alami dan pemicu perasaan positif. Dopamin berkontribusi dalam meningkatkan energi dan perhatian serta memperbaiki suasana hati. Sementara itu, serotonin berperan dalam mengatur suasana hati dan emosi serta merangsang siklus tidur dan bangun.
Penelitian yang dilakukan Chekroud, S., et al. (2018) menyatakan bahwa latihan fisik seperti bersepeda, senam, dan gym activities dengan durasi 45 menit sebanyak 3-5 kali seminggu mampu memberi dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental. Latihan fisik harus dilakukan secara tepat agar menghasilkan banyak manfaat. Sebaliknya, jika dilakukan berlebihan dapat berdampak negatif terhadap kesehatan (termasuk kesehatan mental). Edukasi tentang latihan fisik yang tepat dan kesehatan mental perlu ditingkatkan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan peningkatan derajat kesehatan dan kebugaran masyarakat.
Ditulis oleh: dr. Sylvia Indriani
Kepustakaan:
Arat, G., & Wong, P. W. C. (2017). The relationship between physical activity and mental health among adolescents in six middle-income countries: A cross-sectional study. Child and Youth Services, 38(3), 180–195.
https://doi.org/10.1080/0145935X.2017.1297202
Cairney, J., Dudley, D., Kwan, M., Bulten, R., & Kriellaars, D. (2019). Physical Literacy, Physical Activity and Health: Toward an Evidence-Informed Conceptual Model. Sports Medicine, 49(3), 371–383.
https://doi.org/10.1007/s40279-019-01063-3
Chekroud, S., et al. (2018). Association between physical exercise and mental health in 1·2 million individuals in the USA between 2011 and 2015: a cross-sectional study. 5 (9).
https://doi.org/10.1016/S2215-0366(18)30227-X
Hosker, D. K., Elkins, R. M., & Potter, M. P. (2019). Promoting Mental Health and Wellness in Youth Through Physical Activity, Nutrition, and Sleep. Child and Adolescent Psychiatric Clinics of North America, 28(2), 171–193.
https://doi.org/10.1016/j.chc.2018.11.01
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 2018.
Koo, K. M., & Kim, C. J. (2018). The effect of the type of physical activity on theperceived stress level in people with activity limitations. Journal of Exercise Rehabilitation, 14(3), 361–366.
https://doi.org/10.12965/jer.1836164.082
Maidah, Ika. (2021). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kesehatan Mental pada Remaja di Lingkungan I Kelurahan Panyabungan II. (Universitas Sumatera Utara,2021).
World Health Organization. 2021.
124,475 total views, 9 views today
Pingback: perubahan yang disebabkan oleh latihan dalam berbagai organ tubuh disebut? - tanyajawab.my.id (2024)